tag:blogger.com,1999:blog-87224454715269144072023-11-15T10:49:13.484-08:00Tentang Isi HatiKetika Bibir Tak Lagi Bisa Mengucap Kata, Ketika Bibir Sudah Enggan Tuk Bicara, Mungkin Saatnya Hati Kita yang Mampu Tuk Berucap, Karna Mungkin Hanya Dengan UNGKAPAN ISI HATI, Luapan Emosi, Amarah, dan Sifat Egoisme Kita Akan Terbebaskan. Rasa Damai, Tenang, Dan Sungguh Begitu Lega Jika Semua yang Ada Dihati dan Pikiran Telah Terluapkan.Rizki Obskunityhttp://www.blogger.com/profile/13892626156034660224noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-8722445471526914407.post-55449211753147194122011-12-08T11:02:00.001-08:002011-12-12T10:58:33.168-08:00Penyesalan Seorang Istri<div xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml"><br />
<div style="text-align: justify;"> Suamiku kini telah tiada dan penyesalanku yang terus ada. Ini adalah kisah nyata di kehidupanku.</div>Seorang suami yang kucintai yang kini telah tiada. Begitu besar pengorbanan seorang suamiku pada keluargaku. Begitu tulus kasih sayangnya untukku dan anakku.<br />
<br />
Suamiku adalah seorang pekerja keras. Dia membangun segala yang<br />
ada di keluarga ini dari nol besar hingga menjadi seperti saat ini. Sesuatu yang kami rasa sudah lebih dari cukup. Aku merasa sangat berdosa ketika teringat suamiku pulang bekerja dan aku menyambutnya dengan amarah,tak kuberikan secangkir teh hangat melainkan kuberikan segenggam luapan amarah. Selalu kukatakan pada dia bahwa dia tak peduli padaku, tak mengerti aku,dan selalu saja sibuk dengan pekerjaannya. Tapi kini aku tahu. Semua ucapanku selama ini salah.dan hanya menjadi penyesalanku karena dia telah tiada.<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
Temannya mengatakan padaku sepeninggal kepergiannya. Bahwa dia selalu membanggakan aku dan anakku di depan rekan kerjanya. Dia berkata, “Setiap kali kami ajak dia makan siang, Mas Anwar jarang sekali ikut kalau tidak penting sekali, alasannya selalu tak jelas. Dan lain waktu aku sempat menanyakan kenapa dia jarang sekali mau makan siang, dia menjawab, “aku belum melihat istriku makan siang dan aku belum melihat anakku minum susu dengan riang, lalu bagaimana aku bisa makan siang.” Saat itu tertegun, aku salut pada suamimu. Dia sosok yang sangat sayang pada keluarganya. Suamimu bukan saja orang yang sangat sayang pada keluarga,tapi suamimu adalah sosok pemimpin yang hebat. Selalu mampu memberikan solusi-solusi<br />
jitu pada perusahaan.” Aku menahan air mataku karena aku tak ingin menangis di depan rekan<br />
kerja suamiku. Aku sedih karena saat ini aku sudah kehilangan<br />
sosok yang hebat. Teringat akan amarahku pada suamiku,aku selalu mengatakan dia selalu menyibukkan diri pada pekerjaan, tak pernah peduli pada anak kita. Namun itu semua salah. Sepeninggal suamiku. Aku menemukan dokumen-dokumen pekerjaannya. Dan aku tak kuasa menahan tangis membaca di tiap lembar di sebuah buku catatan kecil di tumpukan dokumen itu, yang salah satunya berbunyi, “Perusahaan kecil CV. Anwar Sejahtera dibangun atas keringat yang tak pernah kurasa. Kuharap nanti bukan lagi CV. Anwar<br />
Sejahtera, melainkan akan diteruskan oleh putra<br />
kesayanganku dengan nama PT. Syahril Anwar Sejahtera. Maaf nak, ayah tidak bisa memberikanmu sebuah kasih sayang berupa belaian, tapi cukuplah ibumu yang memberikan kelembutan kasih sayang secara langsung. Ayah ingin lakukan seperti ibumu. Tapi kamu adalah laki-laki. Kamu harus<br />
kuat. Dan kamu harus menjadi laki-laki hebat. Dan ayah rasa,kasih sayang yang lebihtepat ayah berikan adalah kasih sayang berupa ilmu dan pelajaran. Maaf ayah agak keras padamu nak. Tapi kamulah laki-laki. Sosok yang akan menjadi pemimpin,sosok yang harus kuat menahan terpaan angin dari manapun. Dan ayah<br />
yakin kamu dapat menjadi seperti itu.”<br />
<br />
Membaca itu,benar-benar baru kusadari, betapa suamiku menyayangi putraku, betapa dia mempersiapkan masa depan putraku sedari dini. Betapa dia memikirkan jalan untuk kebaikan anak kita. Setiap suamiku pulang kerja. Dia selalu mengatakan, “<br />
<br />
<br />
Ibu capek? Istirahat dulu saja.” Dengan kasar kukatakan, “Ya jelas aku capek, semua pekerjaan rumah aku kerjakan. Urus anak,urus cucian, masak, ayah tahunya ya pulang datang bersih.Titik.”<br />
Sungguh,bagaimana perasaan suamiku saat itu. Tapi dia hanya diam saja. Sembari tersenyum dan pergi ke dapur membuat teh atau kopi hangat sendiri. Padahal kusadari, beban dia sebagai kepala rumah tangga jauh lebih berat dibanding aku. Pekerjaannya jika salah pasti sering di maki-maki pelanggan. Tidak kenal panas ataupun hujan dia jalani pekerjaannya dengan penuh ikhlas.<br />
<br />
Suamiku meninggalkanku setelah terkena serangan jantung di ruang kerjanya, tepat setelah aku<br />
menelponnya dan memaki-makinya. Sungguh aku berdosa. Selama hidupnya tak pernah aku tahu bahwa dia mengidap penyakit jantung. Hanya setelah sepeninggalnya aku tahu dari pegawainya yang sering mengantarnya ke klinik spesialis jantung yang murah di kota kami. Pegawai tersebut bercerita kepadaku bahwa sempat dia menanyakan pada suamiku. “Pak kenapa cari klinik yang termurah? Saya rasa bapak bisa berobat di tempat yang lebih mahal dan lebih memiliki pelayanan yang baik dan standar pengobatan yang lebih<br />
baik pula?”<br />
Dan suamiku menjawab, “ Tak usahlah terlalu mahal. Aku cukup saja aku ingin tahu seberapa lama aku dapat bertahan. Tidak lebih. Dan aku tak mau memotong tabungan<br />
untuk hari depan anakku dan keluargaku. Aku tak ingin gara-gara jantungku yang rusak ini mereka menjadi kesusahan. Dan jangan sampai istriku tahu aku mengidap penyakit jantung. Aku takut istriku menyayangiku karena iba. Aku ingin rasa sayang yang tulus dan ikhlas.”<br />
<br />
<br />
Tuhan..Maafkan hamba Tuhan,hamba tak mampu menjadi istri yang baik. Hamba tak sempat memberikan rasa sayang yang pantas untuk suami hamba yang dengan tulus menyayangi keluarga ini. Aku malu<br />
pada diriku. Hanya tangis dan penyesalan yang kini ada. Saya menulis ini sebagai renungan kita bersama. Agar kesalahan yang saya lakukan tidak di lakukan oleh wanita-wanita yang lain.<br />
Karena penyesalan yang datang diakhir tak berguna apa-apa. Hanyalah penyesalan dan tak merubah apa-apa.<br />
Banggalah pada suamimu yang senantiasa meneteskan keringatnya hingga lupa membasuhnya dan mengering tanpa dia sadari. Banggalah pada suamimu,karena ucapan itu adalah pemberian yang paling mudah dan paling indah jika suamimu mendengarnya. Sambut kepulangannya di rumah dengan senyum dan sapaan hangat.<br />
Kecup keningnya agar dia merasakan ketenangan setelah menahan beban berat di luar sana.<br />
Sambutlah dengan penuh rasa tulus ikhlas untuk menyayangi suamimu. Selagi dia kembali dalam keadaan dapat membuka mata lebar-lebar. Dan bukan kembali sembari memejamkan mata tuk selamanya.<br />
<br />
Teruntuk suamiku.<br />
Maafkan aku sayang.<br />
Terlambat sudah kata ini ku ucapkan.<br />
Aku janji pada diriku sendiri ntukmu.<br />
Putramu ini akan kubesarkan seperti caramu.<br />
Putra kita ini akan menjadi sosok yang sepertimu.<br />
Aku bangga padamu,aku sayang padamu.<br />
Istrimu<br />
Rina<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<div style="color: orange;"><i>sourcer</i> : </div><a href="http://www.facebook.com/nani.andriyani1" target="_blank"> Nani andriyani(facebook) </a><br />
<br />
<br />
</div>Rizki Obskunityhttp://www.blogger.com/profile/13892626156034660224noreply@blogger.com3Balikpapan, East Borneo, Indonesia-1.2752439 116.8206454tag:blogger.com,1999:blog-8722445471526914407.post-70454924291862477732011-01-08T21:32:00.000-08:002011-12-12T11:11:26.698-08:00HUKUM MENGHINA ROSULULLAH SAW.<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">HUKUM MENGHINA NABI SAW.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;"> Mencela, mengolok-olok, mencaci-maki, ataupun merendahkan martabat Rasulullah saw., dalam terminologi fikih Islam dikenal dengan istilah sabba ar-Rasûl atau syatama ar-Rasûl. Untuk mengetahui lebih lanjut kata-kata atau kalimat-kalimat seperti apa yang terkategori sabba ar-Rasûl, ada baiknya kita menyimak deskripsi tentang sabba ar-Rasul itu. Ibn Taimiyah, dalam kitabnya, ash-Shârim al- Maslûl ‘alâ Syâtimi ar-Rasûl, menerangkan tentang batasan orang-orang yang menghujat Nabi saw., yaitu: katat-kata (lafadz) yang bertujuan untuk menyalahkan, merendahkan martabatnya, melaknat, menjelek-jelekkan, menuduh Rasulullah saw. tidak adil, meremehkan, serta mengolok-olok Rasulullah saw. (Ibn Taimiyah, ash-Shârim al-Maslûl ‘alâ Syâtimi ar-Rasûl, hlm. 528). Di dalam kitab tersebut juga beliau menukil pendapat Qadhi Iyadh tentang berbagai macam hujatan kepada Nabi saw. Dijelaskan demikian: Orang-orang yang menghujat Rasulullah saw. adalah orang-orang yang mencela, mencari-cari kesalahan, menganggap pada diri Rasulullah saw. ada kekurangan, serta mencela nasab (keturunan) dan pelaksanaan agamanya; juga menjelek-jelekkan salah satu sifatnya yang mulia; menentang atau mensejajarkan Rasulullah saw. dengan orang lain dengan niat untuk mencela, menghina, mengecilkan, menjelek-jelekkan, dan mencari-cari kesalahannya. Orang tersebut adalah orang yang telah menghujat Rasulullah saw. Orang semacam ini harus dibunuh. (Ibidem, hlm. 531).</span><br />
<span style="font-size: small;"><a name='more'></a>Pada masa sekarang, bentuk penginaan dan hujatan kepada Nabi saw. itu bermacam-macam. Dalam cerpen, “Langit Makin Mendung” karangan Ki Panji Kusmin, misalnya, (dimuat dalam majalah sastra Kisah edisi Agustus 1968), dia mempersonifikasikan Rasulullah saw. sebagai makhluk yang suka <strike>gentayangan di atas kota Jakarta</strike>. Kita juga masih ingat dengan penghinaan Salman Rushdi terhadap Rasulullah saw. melalui bukunya, The Satanic Verses (tahun 1989), yang menggambarkan Nabi saw. yang mulia sebaga orang yang <strike>bejat moralnya</strike>, <strike>kejam terhadap kaum wanita</strike>, dan <strike>hidupnya dari harta hasil rampokan</strike>. Begitu pula pada tahun 1990; kaum Muslim di negeri ini dikejutkan lagi dengan hasil poling yang dilakukan oleh majalah Monitor untuk menentukan ranking 50 tokoh terkemuka yang dikagumi pembaca, yang oleh Arswendo dipublikasikan secara luas. Rasulullah saw. tercantum <strike>dibawah rangkingnya</strike> Iwan Fals dan KH. Zainuddin MZ; malah disejajarkan dengan tokoh-tokoh kafir lainnya seperti Bunda Theresa, Gorbachev, Cory Aquino, Margaret Tatcher, dan lain-lain. Contoh lain adalah pernyataan-pernyataan bahwa Rasulullah saw. itu hanya tokoh historis, manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan dan dosa sehingga ajaran-ajarannya bukanlah kebenaran yang tidak dapat diganggu gugat. Itu juga termasuk sikap dan kata-kata yang tidak layak diucapkan oleh pengikut Muhammad saw. Tindakan-tindakan seperti itu jelas-jelas merendahkan dan menghina martabat Rasulullah saw. Mensejajarkan dan menganggap beliau sama dengan tokoh-tokoh lain seperti Lenin, Darwin, Raja Richard, Adolf Hitler, Paus Paulus, dan lain-lain merupakan penghinaan serta meruntuhkan keagungan dan kemuliaan Rasulullah saw. Padahal, Allah Swt. telah menegaskan kemuliaan dan ke- ma ‘shûman beliau.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS al-Ahzab [33]: 56).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (QS an-Najm [53]: 2-4).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">(Muhammad) hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerimanya dengan sepenuhnya. (QS an-Nisa [4]: 65).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Pertanyaannya, bagaimana hukum Islam atas orang-orang yang menghina atau menghujat Nabi saw.? Di dalam kitab Nayl al-Authar, terdapat bab yang berjudul, “Membunuh Orang yang Menghujat Nabi dengan Kata-kata yang Nyata. ” (Lihat: asy-Syaukani, Nayl al-Authar, jld. VII, hlm. 213-215). Di dalamnya terdapat dua buah hadis sebagai berikut:</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">1. ‘Ali bin Abi Thalib menuturkan bahwa ada seorang wanita Yahudi yang sering mencela dan menjelek-jelekkan Nabi saw. (Karena perbuatannya itu) perempuan tersebut telah dicekik sampai mati oleh seorang lelaki. Ternyata Rasulullah saw. menghalalkan darahnya. (Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Dawud).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">2. (Abdullah bin Abbas berkata) bahwa ada seorang lelaki buta yang istrinya selalu mencela</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">dan menjelek-jelekkan Nabi saw. Lelaki itu berusaha memperingatkan dan melarang istrinya</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">agar tidak melakukan hal itu. Namun, ia tetap melakukannya. Pada suatu malam, istrinya mulai mencela dan menjelek-jelekkan lagi Nabi saw. (Karena tidak tahan) lelaki itu mengambil kapak dan dihunjamkan ke perut istrinya hingga mati. Keesokan harinya turunlah wahyu kepada Rasulullah saw. yang menjelaskan kejadian itu. Lalu beliau saw mengumpulkan kaum Muslim seraya bersabda:</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Dengan menyebut asma Allah, aku berharap,</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">orang yang melakukannya, yang tindakannya itu</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">haq (benar), berdiri.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kemudian (aku melihat) lelaki buta itu berdiri dan</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">berjalan meraba-raba hingga tiba di hadapan</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Rasulullah saw. Lalu ia duduk dan berkata, “Wahai</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Rasulullah, akulah suami yang melakukan itu.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Kulakukan karena ia selalu mencela dan menjelek-</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">jelekkan dirimu. Aku telah berusaha melarang dan</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">selalu mengingatkannya, namun ia tetap</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">melakukannya. Dari wanita itu aku memperoleh</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">dua orang anak (yang cantik) bagai mutiara. Istriku</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">amat sayang kepadaku. Akan tetapi, kemarin</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">kembali ia mencela dan menjelek-jelekkan dirimu.</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Karena itu, aku pun mengambil kapak sekaligus</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">menebaskan dan menghunjamkannya ke perut</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">istriku hingga ia mati. ” (Mendengar itu) Rasulullah</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">saw bersabda,</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Saksikanlah bahwa darah (wanita itu) halal. (HR</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Abu Dawud dan an-Nasa ’i). Nash-nash hadits tersebut menegaskan bahwa</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">darah orang yang menghujat Nabi saw adalah halal. Dengan kata lain, hukuman atas orang-orang yang mencela, merendahkan, mengolok-olok, menghina ataupun menghujat Rasulullah saw. adalah hukuman mati! Hukum tersebut diucapkan oleh Rasulullah saw. secara langsung, bukan pendapat (ijtihad) para fukaha maupun ulama. Dengan kata lain, hukumannya pasti (qath ‘î), tidak berubah. </span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Islam menggolongkan para pencela, pengolok-olok, dan penghujat Nabi saw sebagai orang yang kafir. Allah Swt. berfirman: "Tidak usah kalian meminta maaf, karena kalian kafir sesudah beriman." (QS at-Taubah [9]: 66).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Bahkan, lebih dari itu, Islam nyata-nyata menolak tobat (permintaan maaf) mereka, seandainya mereka bertobat atas hujatannya terhadap Rasulullah saw. Hal ini menunjukkan kekhususan atas hukum orang yang mencela atau menghujat Nabi saw. Artinya, meskipun orang-orang yang menghujat Nabi saw. itu bertobat dan meminta maaf, maka tetap atasnya diberlakukan hukuman mati! Allah Swt. menjelaskan penolakan tobat (permintaan maaf) mereka di dalam firman-Nya: "Sama saja bagi mereka, kamu memintakan</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">ampunan atau tidak bagi mereka. Allah tidak akan</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">mengampuni mereka." (QS al-Munafiqun [63]: 6).</span></div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><br />
</div><div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: small;">Na‘ûdzu billâhi min dzâlik.</span></div>Rizki Obskunityhttp://www.blogger.com/profile/13892626156034660224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8722445471526914407.post-76010954516482473542011-01-05T07:43:00.001-08:002011-01-05T07:43:15.013-08:00Angin Pantai Pun MengertiDuduk sendiri sepi melamun larut dalam kesedihan,<br />
hanya desiran ombak pantai terdengar,angin malam yg sunyi seakan mengerti akan kerisauan hati ini,<br />
hanya raut wajahmu yg membayangi hati dan pikiran,<br />
gelisah,gundah,kesedihan seperti momok yg mxeramkan,<br />
cinta yg selama ini meyakinkanq kini menjadi pisau belati tajam yg merajam hati,<br />
harapan yg slma ni aq kokohkan,skarang hxalah sebuah kiasan mimpi belaka, kini aq tak tau apa yg harus qlakukan,, jika aq bs memilih,aq akan memilih untuk pergi dari kenyataan ini dan memulai hidup baru dan memilih untuk tdk akan pernah mengenalmu.. dan bgmana cranya agar aku bisa membncimu.Rizki Obskunityhttp://www.blogger.com/profile/13892626156034660224noreply@blogger.com0